SAHABAT
SEJATI
Disuatu Sekolah terdapat seorang sahabat yang sangat rukun
sekali merekka yaitu Nia, Turi, Winda, dan Desi. Mereka adalah sahabat
baik,namun diantara merea berempat mereka masih mempunyai teman paling dekat
lagi. Seperti Nia lebih dekat dengan Turi dan Winda lebih dekat dengan Desi.
Nia dan Turi sudah dekat sejak kecil. Selama ini pertemanan meraka sangat baik,
setiap hari mereka melakuan semua kegiatan selalu bersama-sama.Seperti
mengerjakan PR, bermain, dan yang lainnya.
Namun
akhir-akhir sikapnya Nia agak beda. Sikapnya Nia tidak lagi seperti biasanya.
Semenja hadirnya Risti teman barunya itu yang dulunya teman SD nya. Ketika Turi
menghampirinya dia tak menghiraukannya dan membiarkannya begitu saja. Seperti
tidak pernah kenal sebelumnya. Melakukan apa saja sekarang dengan teman barunya
itu. Turi merasa sedih karena tekman yang sudah dianggap sebagai saudaranya
sendiri kini pergi meninggalkannya dan lebih memilih teman barunya.
Suatu hari
pada jam Turi duduk di bawah pohon akasia di samping kelasnya, di mana tempat
biasanya dia dudu bersama sahabatnya Nia. Turi terlihat sedih dan terdiam,
piirannya penuh dengan pertanyaan. Kenapa Nia sekarang jadi acuh. Dia coba
mengingat-ingat semua perkataan dan perilakunya selama ini. Siapa tahu memang
ada perataan yang menyinggung perasaannya. Sudah diingat –ingat tetapi dia
tidak menemukannya. Tapi kenapa dia tiba-tiba menjauhi dirinya? Turi pun
semakin sedih hingga meneteskan air mata, karena dia terlalu memikiran
sahabatnya tercinta dan tanpa disadarinya bahwa ada seseorang yang
mendekatinya. Turi kaget arena tiba-tiba ada yang memukul pundaknya. Ketika
dilihat ternyata sahabatnya yaitu Winda dan Desi yang mendekatinya.
Turi pun
tersenyum lalu Winda dan Desi dudu di sebelahnya.
“ Jam istirahat gini kok malah ngelamun…,nanti esambet
loooo…! Cepat maan di kantin sama teman-teman itu looo…!” Ucap Winda.
“ Nantilah, belum lapar.” Jawab Turi agak malas.
“ Jangan nunda-nunda watu makan, nanti sakit looo…!” Sahut
Desi.
“ Oh iya Tur aku perhatiin akhir-akhir ini kamu kok jarang dekat swama Nia?” Tanya Winda.
Turi tidak menjawab pertanyaan Winda, dan
langsung bersandar dipundak Winda. Matanya terlihat berkaca-kaca. “ Tur kamu kenapa
to…? Apa lagi ada masalah sama Nia?” Tanya Winda.
“ Iya Tur cerita dong sama kita, kita kan
sahabatmu siapa tahu aja bias bantu? .” Kata Desi. .” Kata Desi.
Lalu Turi dudu tegap dan menatap kedua
sahabatnya lalu berkata, “ iya benar Win, Des, memang aku sedang ada masalah
sama Nia.” Jawab Turi.
“ Apa kamu habis bertengar sama dia?” Tanya
Winda lagi.
Turi hanya terdiam dan baru beberapa saat
menjawabnya. “Tidak Win, Des. Aku juga tida tahu salahku apa. Tiba-tiba Nia
menjauhi aku. Makanya aku jadi bingung sendiri. Kalau aku ajak bicara dia acuh.
“ Apa kamu ada salah bicara?” Tanya Desi.
“ Seingat au sih nggak
ada Des.Lalu Desi memeluknya dan mengelus kepalanya sambil berkata. Ya sudah,
tidak usah terlalu dipikirin. Siapa tahu aja dia lagi senang dengan teman
barunya itu. Jadi agak lupa dengan teman
lamanya. Memang itu bukan sifat yang baik dan tidak pantas ditiru. Tapi
menurut aku, jangan sampai kamu berfikir ingin memutuskan pertemananmu dengan
dia. Lebih-lebih punya dendam. Teman sejati itu harus lapang dada.” Kata Desi.
Dinasehati begitu hati Turi agak dingin.
Hilang semua rasa jengelnya. Dan semua kata sahabatnya itu akan dilakukannya.
Dia ingin menjadi anak yang pemaaf.
Disuatu
hari jam 06.15 Turi berangat ke sekolah. Sesampainya di sekolah ternyata sudah
banya temannya yang dating. Suasananya terlihat menyenangkan. Merea sedang
bercanda tawa bersama. Turi pun ingin bergabung. Setelah dia meletaan tas,
diapun langsung bergabung bersama teman-temannya.Dia tengak-tengok arena yang
dicarinya belum ada.
Di tempat lain tampak Nia dan Risti. Mereka
berdua duduk di bawah pohon akasia yang sering dia duduki bersamaTuri,sambil
memakan jajan. Melihat mereka Turi pun tersenyum sendiri. Entah apa yang ada
dipikirannya.
“ Tur kamu lagi marahan dengan Nia kah, kok gak
pernah main bareng lagi?” Tanya Susi salah satu teman sekelasnya.
Tapi Turi tidak menjawabnya. Dia hanya
tersenyum, entah apa maksudnya.
“ Tur!” “Kenapa Nia sekarang sombong banget
ya?” “Apa karena ada teman barunya itu?” Tanya Rina teman seelasnya juga.
Turi hanya tersenyum dan menjawab, “ kamu iri kah?
”
“ Aku iri sama anak sombong itu…! ” “Sory lah yauww…! ” Jawab Rina agak lebay.
“ Ya sudah. Yang sombong kan dia. Doakan saja,
semoga dia cepat sadar, dan embali menjadi Nia yang dulu.”
“ Malas banget.., doakan orang seperti itu…!”
“ Anak sombong itu pantasnya nggak usah ditemani.” Sahut salah seorang siswa.
“ Husss…!” “ Nggak boleh begitu, kalau sombong
dibalas sambong lalu apa bedanya dia dengan kita!” Kata Turi.
Lonceng
sekolah pun berbunyi. Teng…teng … teng. Anak – anak XI IPA pun masuk ke kelas.Dua
minggu ini, Sudah dua hari Nia tidak masuk sekolah. Turi agak resah. Pikirannya
penuh dengan pertanyaan. Dimana anak itu, pikirnya. Ada rasa kangen dalam hati
Turi. Dia coba bertanya kepada Risti.
“ Ris, Nia kemana, sudah dua hari ini
nggak kelihatan? ” Tanya Turi kepada
Risti.
“ Nggak tahu, katanya
sih sakit! ” Jawabnya agak aneh.
“ Kamu nggak jenguk
dia? ” Tanya Turi dengan nada lembut.
“ Kenapa? ” “ Cuma sakit
demam saja kok dijenguk, nanti juga sembuh sendiri! Risti agak ketus.
Turi hanya tersenyum.
Jam 01.30 watunya
pulang. Di perjalanan menuju parkiran dia bertanya kepada Winda dan Desi
sahabatnya.
“ Winda, Desi.
Nia sedang sakit. Aku harus gimana?
”Lo…!”