Monday, April 10, 2017

Ayat ayat evaluasi pendidikan

Evaluasi Pendidikan Islam Menurut Perspektif al-Qur'an dan Hadis
PEMBAHASAN
A.TEMA : EVALUASI PENDIDIKAN (Kajian Tafsir Tarbawiy)
1.Ayat-ayat utama tentang evaluasi Surat Qaff ayat 17-18 إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18) Artinya: (yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.18. tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. 2.Penjelasan ayat Allah menerangkan bahwa walaupun ia mengetahui setiap perbuatan hamba-hambanya, namun ia memerintahkan dua malaikat untuk mencatat segala ucapan dan perbuatan hamba-hambanya, padahal ia sendiri lebih dekat dari pada urat leher manusia itu sendiri seperti yang telah disebutkan oleh ayat sebelumnya.[1]malaikat itu ada di sebelah kanan mencatat kebaikan dan yang satu lagi di sebelah kirinya mencatat kejahatan. [2] Ayat ini juga menerangkan bahwa tugas yang dibebankan kepada kedua malaikat itu ialah bahwa tiada satu kata pun yang diucapkan seseorang kecuali disampingnya malaikat yang mengawasi dan mencatat perbuatannya. Al-Hasan al-Basri dalam menafsirkan ayat ini berkata: wahai anak-anak adam, telah disiapkan untuk kamu sebuah daftar dan telah ditugasi malaikat untuk mencatat segala amalmu, yang satu disebelah kanan dan yang satu lagi di sebelah kiri mencatat kejahatan. Oleh karena itu, terserah kepadamu, apakah kamu mau memperkecil dan atau memperbesar amal atau perbuatan jahatmu. Kamu diberi kebebasan dan bertanggung jawab terhadapnya dan nanti setelah mati, daftar itu ditutup dan digantungkan pada lehermu masuk bersama-sama engkau ke dalam kubur sampai kamu dibangkitkan pada hari kiamat, dan ketika itulah allah akan berfirman: وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا (13) اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا (14) Artinya: dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka."Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu". Pengawasan tersebut bukan bertujuan untuk mencari kesalahan atau menjerumuskan yang diawasi, tetapi justru sebaliknya. Bila ditinjau kembali makna raqib dari segi bahasa, karena itu, para malaikat pengawas yang menjalankan tugasnya mencatat amal-amal manusia atas perintah allah, tidak atau belum mencatat niat niat buruk seseorang sebelum niat itu diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Berbeda dengan niat baik seseorang, niat dicatat sebagai kebaikan walaupun dia belum diwujudkan dan dilaksanakan. [3] 3.Ayat lain yang terkait a.Surat al-Zalzalah ayat 7-8 فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يراه (7) ومن يعمل مثقال ذرة شرايراه (8) Artinya: maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dharrah niscaya dia akan melihatnya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dharrah sekalipun, niscaya dia akan melihatnya pula. b.Penjelasan ayat Disanalah mereka masing-masing menyadari bahwa semua diperlakukan secara adil, maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dharrah yakni butir debu sekalipun, kapan dan dimanapun niscaya dia akan melihatnya. Dan demikian juga sebaliknya barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dharrah sekalipun, niscaya dia akan melihatnya pula. Kata dharrah ada yang memahaminya dalam arti semut yang kecil pada awal kehidupannya, atau kepala semut, ada juga yang menyatakan dia adalah debu yang terlihat beterbangan dicelah cahaya matahari yang masuk melalui lubang dan jendela. Sebenarnya kata ini digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang terkecil, sehingga apapun makna kebahasaannya, yang jelas ayat ini adalah menegaskan bahwa manusia akan melihat amal perbuatannya sekecil apapun amal itu.[4] Sementara ulama meriwayatkan bahwa kedua ayat di atas turun menyangkut peristiwa yang terjadi di madinah pada dua orang, yang pertama merasa malu memberi peminta-minta jika hanya sebiji kurma atau sepotong roti,sedang orang lain meremehkan perbuatan dosa yang kecil, dengan alasan ancaman tuhan hanya bagi mereka yang melakukan dosa besar. Riwayat ini kalupun diterima tidak harus menjadikan kita berkata bahwa ayat di atas turun di madinah, karena ucapan sahabat yang berbunyi “ayat ini turun menyangkut…” berati bahwa ayat ini mencakup kasus yang dsebut, walaupun kasus tersebut terjadi sebelum maupun sesudah urunnya ayat- selama kasusnya terjadi pada masa turunnya al-qur’an. [5] Dalam konteks keci atau besarnya amal, nabi SAW bersabda: “lindungilah diri kamu dari api neraka walau dengan sepotong kurma” (HR. Bukhari dan Muslim melalui ‘Adi Ibn Hatim). Di kali lain beliau bersabda:”hindarilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya ada yang akan menuntut (pelakunya) dari sisi allah (di hari kemudian)” (HR. Ahmad dan al-Baihaqi melalui Abdullah Ibn Mas’ud). Kata (yarahu) terambil dari kata (ra’a) yang pada mulanya berarti melihat dengan mata kepala. Tetapi ia digunakan juga dalam arti mengetahui. Sementara ulama menjelaskan bahwa jika anda ingin memahamnya dalam arti melihat dengan mata kepala maka yang terlihat itu adalah tingkat-tingkat dan tempat-tempat pembalasan serta ganjarannya, dan bila memahaminya dalam arti mengetahui maka objeknya adalah balasan dan ganjaran amal itu. Dapat juga dikatakan bahwa diperlihatkannya amal dengan mata kepala, tidaklah mustahil bahkan kini dengan kemajuan teknologi semua aktivitas lahiriah manusia dapat kita saksikan walau setelah berlalu sekian waktu. Perlu dicatat pula bahwa diperlihatkannya amal itu tidak berarti bahwa semua yang diperlihatkan itu otomatis diberi balasan oleh allah, karena boleh jadi sebagian diantaranya apalagi amalan-amalan orang mukmin di maafkan olehnya. Ayat di atas serupa dengan firmannya: يوم تجد كل نفس ما عملت من خير محضرا وما عملت من سوء تود لو أن بينها وبينه أمدا بعيدا ويحذركم الله نفسه والله رءوف بالعباد (30) Artinya: pada hari ketika setiap jiwa menemukan segala apa yang telah dikerjakannya dari sedikit kebaikan pun dihadirkan (dihadapannya), dan apa yang telah dikerjakannya dari kejahatan, ia ingin kalau kiranya antara ia dengan kejahatan itu ada jarak yang jauh, dan allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) nya. Dan allah maha penyayang kepada hamba-hambanya. (QS. Ali-Imran 3:30). Kata (‘Amila) ‘amal yang dimaksud di sini termasuk pula niat seseorang. Amal adalah penggunaan daya manusia dalam bentuk apapun. Manusia memiliki empat daya pokok. Daya hidup, yang melahirkan semangat untuk menghadapi tantangan, daya pikir yang menghasilkan ilmu dan teknologi, daya kalbu yang menghasilkan niat, imajinasi, kepekaan dan iman, serta daya fisik yang melahirkan perbuatan nyata dan keterampilan. Dua ayat di atas merupakan peringatan sekligus tuntunan yang sangat penting. Alangkah banyaknya peristiwa-peristiwa besar-baik positif maupun negatif yang bermula dari hal-hal kecil. Kobaran api yang membumi hanguskan, boleh jadi bermula dari puntung rokok yang tidak sepenuhnya dipadamkan. Kata yang terucapkan tanpa sengaja dapat berdampak pada seseorang yang kemudian melahirkan dampak lain dalam masyarakatnya, karena itu pesan nabi yang dikutip di atas sungguh perlu menjadi perhatian. Itu juga agaknya yang menjadi sebab mengapa surah ini yang mengandung tuntunan di atas dinilai sebagai seperempat kandungan al-qur’an. Awal surah ini menguraikan tentang goncangan bumi yang sangat dahsyat dan bahwa ketika itu seluruh yang terpendam didalam perutnya dikeluarkan sehingga nampak dengan nyata. Akhir surah ini pun berbicara tentang nampaknya segala sesuatu dari amalan manusia sampai dengan yang sekecil-kecilnya sekalipun. Demikian bertemu uraian awal surah ini dengan akhirnya. 4.Hadis-hadis yang terkait a.عن ابن عباس رضي الله عنه, عن رسول الله صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربه تبارك وتعلى : "إن الله كتب الحسنات والسيئات، ثم بين ذلك : فمن هم بحسنة فلم يعملها كتبها عنده حسنة كاملة, وإن هم بها فعملها كتبها الله عنده عشرة حسنات إلى سبعمائة ضعف إلى أضعاف كثيرة، وإن هم بسيئة فلم يعملها كتبها الله عنده حسنة كاملة، وإن هم بها فعملها كتبها الله سيئة واحدة". (رواه البخاري ومسلم) Dari ibn abbas RA.dari Rasulullah SAW sebagaimana dia riwayatkan dari rabbnya yang maha tinggi: “sesungguhnya allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut: siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisinya sebagai suatu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya, maka allah mencatatnya sebagai satu keburukan. (HR. Bukhari Muslim). b.Penjelasan hadis Hadis qudsi diatas menunjukkan kemurahan dan kasih sayang allah yang sempurna kepada manusia. Allah menjelaskan bahwa ia telah menetapkan kebaikan dan keburukan. Lalu memerintah malaikat pencatat amal untuk mencatat keinginan kita berbuat kebaikan dengan satu pahala kebaikan walaupun kita belum melaksanakannya. Sebaliknya bila kita berkeinginan berbuat keburukan dan dosa namun tidak melaksanakannya karena takut kepada allah maka dicatat sebagai suatu kebaikan. Ketentuan hasil evaluasi yang dilakukan oleh allah terhadap makhluknya tidak akan menyalahi aturan yang ditetapkan sehingga tidak ada orang yang teraniaya atau dirugikan. Kesalahan hanya dihitung sesuai dengan jumlah kesalahan (dosa), tetapi kebaikan dihitung berlipat ganda, kebaikan satu diberi nilai 10 sampai 700 berarti nilai minimal kebaikan adalah B (baik). a.حدثنا حفص بن عمر عن شعبة عن أبي عون عن الحارث بن عمرو بن المغيرة بن شعبة عن أناس من أهل حمص من أصحاب معاذ بن جبل أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لما أراد أن يبعث معاذا إلى اليمن قال كيف تقضي إذا عرض لك قضاء قال أقضي بكتاب الله فإن لم تجد في كتاب الله قال فبسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم قال فإن لم تجد في سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم ولا في كتاب الله قال أجتهد برأيي ولا آلو (رواه أبو داود)[6] Menceritakan kepada kami Hafs ibn umar dari Syu’bah dan Abi ‘Aun dari Harith ibn ‘Amr ibn Mughirah ibn Syu’bah dari Anas dari Ahli Himsh dari sahabat-sahabat Mu’adz bahwasanya Rasulullah SAW ketika mengutus Mu’adz ke yaman bersabda: “bagaimana engkau akan menghukum apabila datang kepadamu satu perkara?, ia (Mu’adz) menjawab:”saya akan menghukum dengan kitabullah”, sabda beliau:”bagaimana bila tidak terdapat di kitabullah?” ia menjawab:”saya akan menghukum dengan sunnah Rasulullah,” beliau bersabda:”bagaimana jika tidak terdapat dalam sunnah Rasulullah SAW? Ia menjawab:”saya berijtihad dengan pikiran saya dan tidak akan mundur”.(HR. Abu Daud). b.Penjelasan hadis Hadis diatas menerangkan bahwa untuk mengadili suatu perkara harus merujuk pada al-Qur’an, jika tidak ditemukan dalam al-Qur’an maka rujuk pada sunnah Rasulullah SAW, jika tidak ditemukan maka boleh berijtihad dengan akal yang sehat. Dan bisa juga menggabungkan keduanya antar al-Qur’an dan ahadis, karena fungsi hadis menjelaskan al-Qur’an sehingga lebih akurat alasannya. Hadis diatas terlihat Rasulullah baru akan menyerahkan tugas kepada Mu’adz ketika terlebih dahulu mengetahui bahwa Mu’adz memiliki ilmu tentang persoalan tugas yang akan diembannya. a.“diriwayatkan dari Bukhari Rasulullah SAW bersabda:”setiap musibah yang menimpaseorang muslim yang berupa penyakit, penyajit kronis, kegalauan fikiran, kegelisahan hati, sampai kena duri, akan dihapus allah kesalahannya”. (HR.Bukhari) b.“diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW masuk masjid lalu masuk pula seorang laki-laki yang kemudian sholat dan member salam kepada nabi SAW, beliau menjawab salam dan berkata “ulangi sholatmu karena sesungguhnya kamu belum sholat. Laki-laki itu mengulangi sholatnya, kemudian ia datang mengucapkan salam kepada nabi lalu nabi bersabda lagi “ulangi sholatmu karena sesungguhnya kamu belum sholat” begitulah sampai tiga kali, lalu laki-laki tersebut berkata, demi dzat yang telah mengutusmu dengan benar, sungguh aku tidak dapat berbuat yang lebih baik dari pada itu. Oleh karena itu, ajarilah aku. Lalu nabi bersabda, apabila kamu berdiri untuk sholat, maka takbirlah lalu bacalah ayat yang mudah bagimu, kemudian ruku’lah hingga tuma’ninah, kemudian bangkitlah sehingga I’tidal dalam kedan berdiri, kemudian sujudlah hingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian bangkitlah hingga tuma’ninah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian berbuatlah yang demikian itu dalam semua sholat mu” (HR.Bukhari). B.PENGERTIAN EVALUASI PENDIDIKAN Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa inggris, evaluation, Evaluation akar katanya value yang berarti nilai atau harga.[7]dapat diartikan sebagai bentuk penilaian dari sebuah tindakan atau proses segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan.dalam bahasa arab evaluasi dikenal dengan istilah imtihan yang berarti ujian. Dan dikenal juga dalam bahasa Arab dengan Al-Qimah atau Al-Taqdir[8]. yaitu nilai.[9] Menurut al-ghazali arti evaluasi secara etimologis ialah muhasabah berasal dari kata hasiba yang berarti menghitung, atau kata hasaba yang berarti memperkirakan. Dengan melihat surat al-hasyr ayat 18 sebagai landasan berpijak dalam menguraikan tentang evaluasi diri (self assessment): يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Berdasarkan ayat diatas, pengertian evaluasi dapat dijelaskan dengan memperhatikan kata وَلْتَنْظُرْyang artinya sepadan dengan kata menimbang (قدر), memikirkan (فكر، تدبر), memperkirakan (قدر), dan membandingkan dan mengukur (قيس)[10]. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan al-taqdir al-tarbawi dapat diartikan sebagai penilaian dengan (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan sebagai cara menilai hasil akhir dari proses pendidikan. Secara istilah (ensiklopedi pendidikan) evaluasi bermakna : a.Perkiraan kenyataan atau dasar ukuran nilai tertentu dan dalam rangka situasi yang khusus dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. b.Suatu prosedur dalam suatu studi yang tujuan utamanya adalah evaluasi semata-mata dan lazimnya meliputi penemuan fakta-fakta tertentu melalui observasi yang menyangkut keterangan-keterangan seksama dari aspek-aspek yang harus dinilai serta tingkat istilah yang harus dipergunakan dalam menyusun kesimpulan-kesimpulan.[11] Istilah nilai (valuel al-qimah) pada mulanya dipopulerkan oleh folosof dan Plato yang pertama kali mengemukakannya. Pembahasan “nilai” secara khusus diperdalam dalam diskursus filsafat, terutama pada aspek aksiologisnya. Kata nilai menurut pengertian filosof pengertiannya adalah “idea of wold”. Selanjutnya kata nilai menjadi populer, bahkan menjadi istilah yang ditemukan dalam dunia ekonomi, kata nilai biasanya dipautkan dengan harga. Jika kata evaluasi tersebut dihubungkan dengan pendidikan, maka dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Untuk itu evaluasi pendidikan sebenarnya tidak hanya menilai tentang hasil belajar para siswa dalam suatu jenjang pendidikan tertentu, melainkan juga beekenaan dengan penilaian terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi proses belajar siswa seperti evaluasi terhadap guru, kurikulum, metode, sarana, prasarana, lingkungan dan sebagainya. C.ANALISIS PENDAPAT PARA AHLI 1.Pendapat Ahli Tafsir a)Abdul wahhab abdus salam: Berbagai kegiatan pendidikan di mana mereka bisa berdiri dari tujuan pendidikan dan adanya faktor yang mempengaruhi secara negatif atau positif ketika dalam proses pengembangan pendidikan.[12] 2.Pendapat Ahli Pendidikan a)Definisi Evaluasi Pendidikan Ada beberapa pendapat mengenai evaluasi, namun pada dasarnya sama, hanya berbeda dalam redaksinya saja.Para ahli pendidikan mendevinisikan evaluasi sebagai berikut: a.M Arifin adalah merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku manusia didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual religius, karena manusia hasil pendidikan bukan saja sosok pribadi yang tidak hanya bersikap religius, melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakatnya.[13] b.Menurut M. Chabib Thoha, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrument dan hasil dibidangkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan[14]. c. Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan[15]. d.Abudin Nata, evaluasi sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.[16] Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sitematik, dan berdasarkan atas tujuan yang jelas. D.Tujuan evaluasi Ada beberapa tujuan dilakukannya evaluasi diantaranya, yaitu[17]: 1.Bagi seorang guru, evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, mengetahui kelebihan dalam cara belajar mengajar untuk dipertahankan, kelemahan-kelemahannya diperbaiki, dan selain itu juga berguna untuk menentukan kelulusan murid dalam jenjang waktu 2.Bagi seorang murid biasanya evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan belajar, untuk memperbaiki cara belajar, dan menumbuhkan motivasi belajar Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mengetahui segi-segi yang mendukung dan menghambat jalannya proses kependidikan menuju tujuan yang hendak dicapai. Segi-segi yang mendukung dikembangkan dan segi-segi yang menghambat diperbaiki atau diganti. E. Prosedur evaluasi Prosedur dalam mengadakan evaluasi dapat dibagi kepada beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut diatasnya[18] : 1. Perencanaan 2. Pengumpulan data 3. Verivikasi data 4. Analisa data, dan 5. Penafsiran data. F.Tehnik evaluasi Teknik evaluasi pendidikan digunakan dalam rangka penilaian dalam belajar, maupun dalam kepentingan perbaikan situasi, proses serta kegiatan belajar mengajar. Adapun teknik penilaian itu ada dua, yaitu[19]: 1.Teknik tes : yaitu penilaian yang menggunakan tes yang telah ditentukan terlebih dahulu. Metode ini bertujuan untuk mengukur dan memberikan penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai oleh murid. Meliputi: kesanggupan mental, penguasaan hasil belajar, keterampilan, koordinasi, motorik, dan bakat individu atau kelompok. 2.Teknik non tes : penilaian yang tidak menggunakan soal-soal tes. Yaitu dalam bentuk laporan dari pribadi mereka sendiri (self report). Hal ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan sifat kepribadian murid yang berhubungan dengan kiat belajar atau pendidikan. Obyek penilaian non test ini meliputi : perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman, keadaan tingkah laku, riwayat hidup. Di dalam al-Qur’an juga terdapat term atau istilah-istilah tertentu yang mengarah pada makna atau teknik evaluasi. Term-term tersebut adalah: 1.Al-Hisab, memiliki makna menghitung, menafsirkan dan mengira. [20] 2.Al-Bala’ , memiliki makna cobaan dan ujian.[21] 3. Al-Imtihan, berarti ujian yang juga berasal dari kata mihnah[22]. 4.Al-ikhtibar, memiliki makna ujian atau cobaan/al-bala’. Orang Arab sering menggunakan kata ujian atau bala’ dengan sebutan ikhtibar. Bahkan di lembaga pendidikan bahasa Arab menggunakan istilah evaluasi dengan istilah ikhtibar. Beberapa term tersebut di atas dapat dijadikan petunjuk arti evaluasi secara langsung atau hanya sekedar alat atau proses di dalam evaluasi.Hal ini didasarkan asumsi bahwa Alquran dan Hadis merupakan asas maupun prinsip pendidikan Islam, sementara untuk operasionalnya tergantung pada ijtihad umat. jadi dalam evaluasi pendidikan Islam dapat diartikan sebagai kegiatan penilaian terhadap tingkah laku peserta didik dari keseluruhan aspek mental-psikologis dan spiritual religius dalam pendidikan Islam, dalam hal ini tentunya yang menjadi tolak ukur adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan pelaksanaan evaluasi ini bukan hanya pendidik juga keseluruhan aspek/unsur pendidikan Islam. G.Makna Kontekstual 1.Evaluasi dalam pendidikan Indonesia Sebagaimana lazimnya, dalam penyelenggaraan sekolah potensial juga dilakukan monitoring dan evaluasi secara kontinu dan berkesinambungan. Pada dasarnya, monitoring dan evaluasi dilakukan dalam kerangka pembinaan sekolah, baik oleh pusat maupun daerah. seperti yang telah kita kenal dengan istilah monitoring dan evaluasi (monev). Monitoring lebih berpusat pada pengontrolan selama program berjalan. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait dengan menyukseskan ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, antara pusat dan daerah (termasuk komite sekolah) harus melakukan monitoring tersebut secara bersama-samaز[23] Monitoring pada zaman sekarang bisa dilakukan melalui alat bantu sains dan teknologi seperti CCTV, perekam video, kamera, dan sebagainya. Hasil monitoring kemudian dievaluasi bersama guru sebagai implementasi. tindakan Evaluasi dilaksanakan untuk menyediakan informasi tentang baik-buruknya proses dan hasil kegiatan. Evaluasi harus harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi dan dapat dipertanggng jawabkan. Penerapan Evaluasi Di lembaga-lembaga Indonesia yaitu dengan adanya program Evaluasi hasil belajar (EHB) antara lain menggunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes dapat didefinisikan sebagai perangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang pendidikan. pada Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melaui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrument test maupun non test. Penilaian dimaksud untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar. Terdapat juga Penilaian sumatif yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar murid yang telah mengikuti pelajaran selama satu semester/catur wulan. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf hasil belajar murid selama satu semester pada suatu unit pendidikan tertentu. Seperti adanya UAN, EBTANAS. Penilaian harus mengumpulkan data mengenenai seluruh aspek kepribadian, meliputi, aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sejalan dengan pengertian hal itu, kita juga pernah mengenal istilah cipta, rasa, dan karsa seperti yang dicetuskan oleh bapak pendidikan, ki hajar dewantara, konsep ini juga mengakomodasi berbagai potensi anak didik, baik menyangkut aspek cipta yang berhubungan dengan otak dan kecerdasan, aspek rasa yang berkaitan dengan emosi dan perasaan, serta karsa yang berkaitan dengan keinginan atau keterampilan yang lebih bersifat fisik. a)Aspek kognitif (proses berfikir) : kemampuan intelektual siswa dalam berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah.aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis abstrak. Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses pengajaran. b)Aspek afektif (nilai atau sikap) : mengenai sikap, minat, emosi, dan nilai hidup siswa. Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran sangat urgen untuk dijadikan pola pengjaran yang lebih baik tentunya. c)Aspek psikomotorik (keterampilan) : kemampuan yang menyangkut kegiatan otot atau fisik. Domain psikomotorik dalam taksonomi intruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, dimana fungsi dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini. 2.Kaitan ayat dan isu-isu tentang evaluasi pendidikan dengan ada dalil-dalil Terdapat data-data empiris mengenai isu-isu evaluasi pendidikan di Indonesia, diantaranya adalah tentang rendahnya standard kompetensi pendidikan di Indonesia. PBB mengkategorikan Indonesia sebagai Negara yang mampu mencapai target kedua program education for all nya UNESCO[24], yaitu pendidikan dasar yang universal sebelum 2015. Jika kita inigin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia kita juga berbicara tentang standarisasi pengajaran yang kita ambil, tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil. Seperti yang kita lihat sekarang ini, standard an kompetensi di dalam pendidikan formal maupun non formal terlihat hanya keranjingan terhadap standard an kompetensi kualitas pendidikan diukur oleh standard kompetensi didalam berbagai versi. Sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut sepert badan standarisasi badan nasional pendidikan (BSNP). Selain itu akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai apa belum. Kiranya sudah menjadi rahasia umum tentang isu kecurangan dalamujian nasional (UN) yang selalu diperbincangkan setiap tahun. Dan hamper selalu menjadi kontrofersi. Misalnya, dapat menjadi tolak ukur jalannya keseluruhan system pendidikan Indonesia yang masih jauh dari sempurna. Penugasan anggota kepolisian dan penggunaan kamera pemantau guna mengawasi jalannya UN di sekolah-sekolah, suatu hal yang tak pernah terjadi di Negara lain, menunjukkan adanya ketidak percayaan public akan system dan kualitas pendidikan di Indonesia. Pemakalah menilai adanya sistem evaluasi seperti UN sudah cukup baik, namun sangat disayangkan evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalui peserta didik yang telah menempuh proses pendidikan seama beberapa tahun. Selain hanya berlangsung sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi tiga bidang studi saja, tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah diikuti oleh peserta didik. Kurangnya efektifitas pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapainya tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna. Selama ini banyak yang beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusi Indonesia, tidak peduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut. Yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh orang lain. Nggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifits pengajaran di Indonesia sangat rendah. Lebih tepatnya siswa hanya diarahkan pada domain kognitif tanpa mempertimbangkan domain afektif dan psikomotoriknya. Terdapat data juga dalam program pendidikan dasar gratis, memang dari segi kunatitas dapat dikatakan berhasil, karena angka partisipasi siswa SD hampir mencapai 100 persen. Tetapi, tidak dari segi kualitas. Badan pusat statistic (2010) mencatat , 13% siswa SD tidak menyelesaikan pendidikan. UNESCO di global monitoring report 2011 juga melaporkan, 80 persen dari murid kelas IV SD di Indonesia masih memiliki kemampuan membaa di bawah standar internasional. DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an al-Karim ________________Al-Qur’an dan tafsirnya Jilid 7 Juz 19-20-21. Jakarta: widya cahaya 2011 Arifin. M. Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Daud. Abu, Sunan , t.k, t.t al-Maktabah al-Shamilah Departemen Agama RI. Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid kode Angka Al- Hidayah. Banten : Penerbit Kalim. Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya (Edisi yang disempurnakan) jilid IX juz 25-26-27. Jakarta: Widya Cahaya. 2011. Kompas Nasional, Pendidikan.Indonesia..Sebuah.Evaluasi, 2012/05/02/ Manzur. Ibn , lisan al-arab, Beirut: t.k, 1414, Maktabah al-Shamilah, vol 2 Maraghi, Ahmad Musthofa al. 1993. Terj Tafsir Al-Maragi 20. Semarang : CV Toha Putra Semarang, 195., Nata. Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, 183 Poerbakawatja. Soegarda. Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: GunungAgung, cet ke 3, 1982 Rohiat, Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik. Bandung. Refika Aditama. cet kedua 2009 Rosidin. Epitemologi Pendidikan Islam Integras al-Tarbiyah dan al-Ta’lim dalam al-Qur’an. Yogyakarta: Diandra Kreatif. 2013 Rusn. Ibnu, Abidin. Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, Shihab. M.Quraish, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an vol 15. Jakarta: lentera Hati, 2007 Taha. M.Chabib. Tehnik-Tehnik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo, 1990 Wahhab. Abdul. Abdus Salam, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Fannu al-Tadris, (Kairo: Dar al-Salam, 2008) [1] “ونحن أقرب إليه من حبل الوريد”Ibn ‘Asyur mengartikannya sebagai pembuluh dara dijantung manusia. Betapa pun, kata tersebut bermaksud menggambarkan sesuatu yang menyatu dalam diri manusia sehingga sangat dekat pada diri masing-masing orang. Bahkan, menurut Ibn ‘Asyur, pembuluh darah kendati itu sangat dekat, karena ketersembunyiannya, maka manusia tidak merasakan kehadirannya dalam dirinya. Demikian juga dengan kedekatan dan kehadiran allah melalui pengetahuannya manusia tidak merasakannya (M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an vol 15, Jakarta: lentera Hati, 2007), 26 [2] Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya (Edisi yang disempurnakan), Jakarta: Widya Cahaya, 2011, 439 [3] M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan…29 [4] M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an vol 15, Jakarta: lentera Hati, 2007), 455-457 [5] ibid [6] Sunan Abu Daud, nomor 3592 dan 3593 [7] John Echol, M Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, 220 [8] Ibn Manzur, lisan al-arab, (Beirut: t.k, 1414, Maktabah al-Shamilah, vol 2), [9] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, 183 [10] Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, 105 [11] Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: GunungAgung, cet ke 3, 1982, 99 [12] Abdul Wahhab Abdus Salam, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Fannu al-Tadris, (Kairo: Dar al-Salam, 2008), 209 [13] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 167 [14] M.Chabib Taha, Tehnik-Tehnik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1990), [15] Abidin Ibnu Rusn,Ppemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan…106 [16] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam… [17] ibid [18] ibid [19]ibid [20]kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. Al Baqarah : 284) [21]yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS: Al Mulk : 2) [22] Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. (QS: Al-Mumtahana: 10). [23] Rohiat, Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik, (Bandung, Refika Aditama, cet kedua 2009), 115 [24] Kompas Nasional, Pendidikan.Indonesia..Sebuah.Evaluasi, 2012/05/02/ zahra adzim di 07.57 Berbagi Tidak ada komentar: Poskan Komentar ‹ Beranda Lihat versi web Mengenai Saya  zahra adzim  Ikuti Lihat profil lengkapku Diberdayakan oleh Blogger.

No comments: